[ads-post]

Banyak orang bilang, bisnis makanan adalah salah satu bisnis yang bisa tahan terhadap terjangan badai krisis ekonomi global. Namun, untuk memilih bisnis makanan seperti apa yang bisa bertahan, tentu membutuhkan kejelian dan kreativitas.

Salah satu bisnis makanan yang cukup kreatif adalah mengusung makanan internasional ke kelas kaki lima di pinggir jalan. Awalnya makanan yang banyak diusung adalah makanan Jepang dan Eropa, seperti bento dan sandwich. Kini, semakin hari tidak hanya menu makanannya yang beragam, tetapi juga kuliner dari berbagai macam negara mulai menjamur di Ibu Kota.

Semula kaki lima kuliner dunia ini muncul di kawasan sekitar kampus. Misalnya sekitar Universitas Indonesia, Depok, dan Universitas Bina Nusantara, Kebon Jeruk. Hal ini tentu tidak mengherankan, mengingat dunia kampus yang penuh perubahan dan kreativitas. Para mahasiswa senang mencoba sesuatu yang baru dan tentu dengan harga yang terjangkau.


Kini kaki lima yang menjajakan makanan internasional tidak hanya di kawasan kampus. Mereka juga banyak ditemukan di pinggir-pinggir jalan di seluruh penjuru Jakarta, terutama yang menjadi pusat jajanan di malam hari. Sebagian pengelola pun sekarang sudah bisa membuka cabang di lokasi lain atau mengembangkan usaha dengan sistem waralaba.

Indriasari, pemilik Burger Batok, mengatakan, ketatnya persaingan di bisnis warung makan menyebabkan dirinya harus memutar otak melakukan modifikasi untuk membedakan produknya dengan burger-burger yang sudah ada.
”Ide kreatifnya muncul setelah saya bersama suami mengunjungi tanah kelahiran kami di Yogyakarta. Sampai sekarang pun, batoknya kami pesan khusus dari sana,” kata Indriasari.

Demi makin mengukuhkan eksistensi Burger Batok di benak masyarakat, Indriasari menerapkan ”think globally, burger locally”. Indriasari mengundang semua warga bangsa agar lebih banyak menikmati produk dalam negeri, karya anak bangsa.
Yang unik-unik di bisnis warung makan kaki lima tentu bukan cuma Burger Batok. Pencinta kuliner, khususnya yang gemar menikmati menu-menu khas negara-negara lain tidak perlu kehabisan ide untuk menyalurkan hobi.(kmp) www.suaramedia.com

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.