[ads-post]

 Meski bentuknya kecil, kedelai bisa diolah menjadi berbagai macam produk makanan, salah satunya adalah susu kedelai. Komposisi susu kedelai hampir sama dengan susu sapi, oleh karena itu susu kedelai bisa digunakan sebagai pengganti susu sapi terutama bagi mereka yang alergi laktosa pada susu sapi.

Kelebihan lain susu kedelai dibanding susu sapi adalah tidak mengandung kolesterol sama sekali. Meski demikian, menurut Prof. Dr. Made Astawan, penulis buku Kandungan Gizi dan Aneka Bahan Makanan, kandungan kolesterol susu sapi masih tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan bahan pangan hewani lainnya. Karena itu tak perlu khawatir minum susu sapi.

Mutu protein susu kedelai juga hampir sama dengan mutu protein susu sapi. Protein eficiency ratio (PER) susu kedelai adalah 2,3 sedangkan PER susu sapi adalah 2,5. PER 2,3 artinya setiap gram protein yang dimakan akan menghasilkan pertambahan berat badan sebesar 2,3 gram. Dengan demikian, makin tinggi nilai PER mencerminkan makin baik mutu protein tersebut.

Secara umum susu kedelai mengandung vitamin B1, B2 dan niasin dalam jumlah yang setara dengan susu sapi atau ASI, serta mengandung vitamin E dan K dalam jumlah yang cukup banyak.

Meski begitu, susu kedelai tidak mengandung vitamin B12 dan kandungan mineralnya, terutama kalsium, lebih sedikit daripada susu sapi. Oleh karena itu, biasanya susu kedelai yang diproduksi pabrik selalu ditambah dengan mineral dan vitamin.

Setahun terakhir, industri rumah tangga di Sleman yang membuat susu kedelai bubuk bermunculan. Permintaan pasar terus meningkat meskipun banyak susu kedelai bubuk buatan pabrik.

Suroto, pemilik CV Prodisco, produsen susu kedelai merek "Soya Fit Day" misalnya, membuka usaha setahun lalu. Dalam seminggu ia membuat 50 kilogram bubuk susu kedelai yang dikemas dalam kardus karton.

Tak hanya di DIY, pemasarannya merambah ke beberapa supermarket di Jakarta. Bahkan, 70 persen produknya dijual ke luar DIY. "Walau ada susu kedelai pabrikan, buatan industri rumah tangga tetap bersaing," katanya, Rabu (5/5).

Industri rumah tangga menangkap peluang konsumsi susu bubuk kemasan buatan pabrik atau yang dijual lewat sistem multilevel marketing (MLM). Seperti Suroto, berbekal pengalaman bekerja di bagian riset perusahaan susu, ia memberanikan diri berwirausaha. Sementara, Hanum Rachmawati, warga Minomartani, yang membuat susu kedelai bubuk "Java Bean" menekuninya enam bulan lalu.

Dalam seminggu Hanum membuat 20 kg susu kedelai bubuk yang dikemas kardus ukuran 200 gram. Sementara ini, wilayah pemasarannya sebatas DIY. "Produksi kami selalu habis. Minuman susu kedelai memang makin dicari. Rasanya enak dan kandungan nutrisinya ada," paparnya.

Ratno (44), salah satu karyawan swasta yang tinggal di Condongcatur, Sleman, mengatakan, sudah dua tahun menempatkan susu kedelai sebagai minuman penting dalam daftar menu hariannya. Sebelumnya, ia menggemari susu sapi bubuk.
"Sepertinya lebih cocok susu kedelai bubuk. Rasa lebih enak. Istri saya awalnya tak mau susu sapi karena amis, sekarang suka susu kedelai," kata Ratno

Bila bosan dengan rasa susu kedelai yang tawar, Anda mungkin bisa menjajal susu racikan Purwo Suryanto. Pengusaha yang bermukim di Tangerang ini mencampurkan ekstrak rempah dan jinten hitam ke dalam bubuk kedelai. Hasilnya, selain citarasanya berbeda, susu buatannya punya khasiat lebih.

Dalam beberapa tahun terakhir, peminat susu kedelai terus meningkat. Banyak yang beranggapan, susu berbahan nabati ini lebih sehat ketimbang susu hewani. Tak heran, produsen susu bubuk kedelai pun bermunculan.

Salah satu yang melakoninya adalah Purwo Suryanto yang mempunyai usaha di Tangerang. Tapi, susu kedelai bubuk buatannya berbeda dari produk lain. Dia menambahkan ekstrak rempah dan jinten hitam (habbatusauda). Ia menyebutnya, susu kedelai plus atau susu jamu. Susu ini cocok bagi mereka yang enggan minum jamu, tapi ingin mendapatkan khasiatnya.

Susu kedelai plus ini berasa manis. Dengan aroma jamu cukup kental, rasa langu kedelai tidak terasa lagi. Sebagai pemanis, Purwo memakai gula merah. Makanya, warna susu menjadi kecoklatan.

Purwo mengklaim, selain rasa lebih enak, khasiat susu ini lebih bagus karena menyajikan manfaat kedelai sekaligus rempah dan jinten. Khasiatnya antara lain melindungi dari risiko penyakit jantung, stroke, kanker payudara, prostat, menurunkan kolesterol, menguatkan sistem kekebalan tubuh, dan memperbaiki saluran pencernaan.

Purwo memproduksi dua macam susu kedelai plus dengan merek berbeda. Pertama, susu kedelai plus ekstrak rempah dan jinten bermerek Karomah Habbatusauda. Susu ini mengandung aneka rempah, seperti jahe, cengkeh, kayu manis, secang, kencur, dan pegagan. Plus, ekstrak jinten hitam yang berkhasiat untuk imunitas tubuh. "Persentase ekstrak jinten dan rempah mencapai 10% sehingga rasa dan aroma jamunya cukup kental," ujar Purwo.

Yang kedua bermerek Benwasis. Susu yang menyasar anak-anak ini mempunyai kandungan rempah yang sama dengan Karomah Habbatusauda, hanya saja minus jinten hitam dan plus rasa coklat.

Awalnya, Purwo menekuni bisnis susu kedelai rempah ini karena ingin menyediakan susu sehat bagi pasiennya yang baru sembuh atau orang yang baru menjalani operasi. Maklum, Purwo menjalankan usaha pengobatan berbahan herbal Roemah Sehat Alami. Kini, bisnis susu kedelainya telah berjalan 1,5 tahun. "Karena saya tukang jamu, saya terpikir memberi nilai lebih pada susu kedelai ini," papar pria berusia 55 tahun ini.

Ia menghabiskan waktu sekitar tiga bulan untuk eksperimen hingga menemukan racikan seperti sekarang. Untuk membuat susu jamu ini, setiap bulan dia menghabiskan sekitar enam kwintal kedelai mentah. Bahan baku ia peroleh dari Jakarta seharga Rp 7.000 per kilogram. Proses awal produksi terdiri dari dua langkah, yakni mengekstrasi kedelai dan rempah. Kemudian, menggunakan mesin mixer, kedua bahan ekstrak ini melalui proses pencampuran dan pematangan. Susu bubuk kedelai yang sudah jadi ditakar 200 gram dan dikemas dalam wadah aluminium. Terakhir, susu jamu dikemas dalam kotak kardus.

Dibantu 14 pekerjanya, Purwo bisa menghasilkan 3.000 kotak susu jamu per bulan, terdiri dari 2.500 kotak susu Karomah dan 500 kotak susu Benwasis. Dengan harga jual Rp 25.000 per kotak, Purwo bisa meraup omzet Rp 75 juta sebulan. Adapun, keuntungan bersihnya sekitar 40%. Sejauh ini, bapak tiga anak ini menjual produknya di sembilan tempat prakteknya, yang tersebar di Tangerang, Jakarta, Subang, Bogor, Bekasi, Cilegon, dan Serang. Di samping para pasien dan pelanggan obat herbalnya, masyarakat umum pun mulai meminati susu jamu yang dipasarkan secara online ini. Pembeli dari Lampung, Papua, Bali, dan Depok biasa membeli lewat agen yang berada di daerah tersebut.

Purwo optimistis susu jamu bikinannya akan semakin menarik minat masyarakat. Sebab, orang kini mencari minuman dan obat berbahan herbal. "Mereka yang sebelumnya tidak suka minum jamu bisa belajar minum jamu lewat susu ini," ujarnya. (fn/kn/k2m) www.suaramedia.com

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.