Zona News - Ada yang bilang menjadi pengusaha itu
adalah bakat dari orang tua. Hmm… Mungkin masuk akal, karena memang
lazimnya seorang anak dari seorang pengusaha biasanya akan meneruskan
usaha orang tuanya. Tapi saya pribadi menolak pendapat itu. Menurut saya
pengusaha itu terbentuk–oleh lingkungan. Bukan dilahirkan. Tidak pernah
saya dengar ada yang bilang “Telah lahir pengusaha muda di RS Anu
dengan berat badan sekian, panjang sekian, dan kelak akan menjadi
pengusaha kayu terbesar di Indonesia”. Pernah dengar yang seperti itu?
Saya yakin tidak.
Kelas-kelas manusia-manusia dalam mencari
penghasilan saya bagi menjadi 3 kategori. Pertama, orang yang menetap
bekerja pada orang lain atau sebuah perusahaan. Orang tipikal ini adalah
orang-orang yang dibayar secara periodik oleh perorangan atau
perusahaan yang memanfaatkan tenaga mereka. Sekilas orang-orang ini
menempati “posisi aman”. Mereka secara rutin sudah memiliki jam kerja
mereka sendiri, juga secara otomatis memiliki income tetap. Terlepas
mereka adalah karyawan rendah, manager, direktur. Mereka adalah pekerja.
Kedua, orang yang tidak punya pekerjaan
tetap. Percaya atau tidak, kategori ini adalah jumlah mayoritas dari
keseluruhan jumlah masyarakat di Indonesia. Mereka bekerja serabutan,
dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu bidang kerja ke bidang kerja
lainnya. Ini bukan hal mudah tentunya, karena mereka dituntut untuk
memiliki keterampilan dalam banyak hal.
Ketiga, para pengusaha. Orang-orang ini
yang menurut saya adalah orang-orang tangguh yang menyanggupi untuk
menanggung resiko. Pada dasarnya mereka bisa saja berawal sebagai
karyawan, bisa juga sebagai pekerja serabutan. Bedanya, para pengusaha
ini mampu melihat peluang dan memanfaatkan kesempatan yang dimilikinya.
Jadi pengusaha itu adalah sebuah pilihan
diantara beberapa pilihan dalam mencari penghasilan. Seperti kebanyakan
orang Indonesia, opsi pertama untuk mendapatkan penghasilan adalah
dengan bekerja pada orang lain atau sebuah perusahaan yang mampu memberi
mereka gaji, baik harian, mingguan atau bulanan. Apapun, asalkan mereka
mendapatkan penghasilan atas apa yang dikerjakan. Jika pilihan tersebut
meleset akhirnya mereka menjadi pekerja serabutan. Opsinya pendek.
Berbeda dengan pengusaha. Meski mungkin
awalnya mereka memulai karir mereka sebagai pekerja, namun mereka tidak
pernah sedikitpun ingin menjadi pekerja. Itu sama sekali bukan tujuan
akhir mereka. Tujuan akhir mereka adalah sejauh mimpi mereka. Tujuan
akhir mereka selalu semakin jauh ketika satu tujuan telah tercapai.
Artinya mereka tidak pernah merasa puas atas pencapaian yang mereka
peroleh.
Posting Komentar