[ads-post]

 Minyak atsiri dari bahan tanaman sejak lama telah menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia. Minyak atsiri dari kenanga salah satunya. Bunga tanaman ini kaya akan kandungan minyak yang dibutuhkan industri parfum, kosmetik, dan sabun.

Sejauh ini, ada dua spesies kenanga yang biasa dibudidayakan di Indonesia, yaitu Canangium odoratum forma macrophylla (kenanga) dan Canangium odoratum forma genuina (kenanga ylang-ylang). Tinggi tanaman kenanga biasa mencapai dua metersampai tiga meter (MG). Sedangkan tinggi ylang-ylang 6 m-15 m.

Menurut Boeing Angkasa, akrab disapa Boy, pemilik CV Cablinplantation, peluang di usaha ini masih terbuka meski pembudidaya kenanga sudah banyak. Sebab, pasokan masih jauh lebih kecil dari kebutuhan.

Boy sendiri baru memasarkan produknya ke Amerika Serikat (AS) dan Prancis. Sementara di pasar lokal, pembudidaya kenanga di Madiun ini baru melayani pasar Jakarta, Medan, Jawa Tengah, dan Bali.

Yang menarik, kata Boy, margin laba dari usaha ini bisa mencapai 60%. Sebab, perawatan tanaman kenanga relatif mudah dan tidak membutuhkan modal besar. Sementara harga jualnya bagus. Maka itu, dalam sebulan, ia membukukan penjualan Rp 288 juta.

Boy telah membudidayakan kenanga sejak 11 tahun silam. Pria berusia 29 tahun ini menanam kenanga itu di lahan seluas 20 hektare milik Perhutani. Total pohon kenanga yang ia tanam saat ini mencapai 100.000 pohon. Sekitar 45.000 di antaranya jenis kenanga ylang-ylang.

Boy memperoleh bibit awal dari rekannya di Thailand. Lalu, ia merperbanyak dengan cara stek. Namun, stek ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Stek ia lakukan pada cabang pohon indukan yang batangnya cukup besar dan sudah berusia satu tahun.

Setelah keluar akar, stek itu tinggal dipindahkan ke lahan. Agar bisa tumbuh dengan baik, stek ditanam di lubang ukuran 20 sentimeter (cm) x 20 cm x 20 cm.

Menurut Boy, pemeliharaan tanaman ini tidak sulit. Kenanga tidak perlu pupuk khusus, daun-daun yang membusuk sudah cukup. Sementara, pengairan cukup mengandalkan air hujan. Tanaman ini juga kebal hama. Jika ada hama ulat cukup disemprot dengan cairan racikan daun delayan.

Tanaman kenanga mulai berbunga setelah empat bulan. Adapun masa produktifnya sampai 10 tahun dan bisa dipanen setiap hari.

Boy bisa menghasilkan empat ton bunga segar setiap hari atau 120 ton per bulan. Setiap lima kilogram bunga segar akan menjadi satu kilogram jika dikeringkan. Harga jual bunga segar Rp 5.000 per kilogram (kg), sementara harga bunga kering Rp 12.000 per kg. Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak atsiri nilam dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia.

Produk ini mempunyai orientasi export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri parfum sebagai zat pengikat aroma dan perannya belum mampu digantikan oleh zat sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam di dunia besar sekali. Selain digunakan di industri parfum minyak atsiri nilam juga digunakan di industri kosmetik dan farmasi.
Selain nilam, komoditas yang bisa diambil minyak atsirinya antara lain : daun cengkeh, bunga melati, serei dll, minyak atsiri dari komoditas ini digunakan untuk bahan di industri farmasi dan di manfaatkan untuk aroma terapi.

Untuk proses pengolahan ada beberapa macam antara lain : Destilasi, Refine atau CO2 extract
- Produk yang dihasilkan dalam bentuk Minyak Atsiri.
- Bahan Baku : daun nilam, daun cengkeh, serei, melati dll.
- Kapasitas Bahan Baku : Menyesuailan sesuai permintaan.

Spesifikasi (Kapasitas kecil) :

1. Jenis : Sistem Kukus
Dimesi Mesin : (DxT) 76.5 x 175 cm
Bahan Utama : Stainlees Steel 2 mm, 304 (Las Argon, halus)
Bahan Rangka : Pipa besi
Kapasitas : 50-80 kg/batch (6jam)
Pemanas : LPG/Minyak tanah/Kayu Bakar/batubara
Kelengkapan : Pemisah minyak, pendingin
Garansi : 6 bulan
Berat alat : Sekitar <1 ton 2. Jenis : Sistem Boiler Dimesi Mesin : (DxT) 76.5 x 175 cm Bahan Utama : Stainlees Steel 2 mm, 304 (Las Argon, halus) Bahan Rangka : Pipa besi Kapasitas : 50-80 kg/batch (6jam) Pemanas : pembangkit steam (boiler) Kelengkapan : Pemisah minyak, pendingin, isolator Garansi : 6 bulan Berat alat : Sekitar 1 ton Tangki : sistem molen Sementara itu, minyak atsiri kenanga asal Desa Bendan, Banyudono, Kabupaten Boyolali, hingga sekarang produksinya menembus pasar Singapura, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat.

Salah seorang pengrajin atsiri asal Desa Bendan, Mugimin H.T. di Boyolali, Jumat, mengatakan, minyak kenanga asal Bendan ini dijadikan bahan bibit minyak wangi. Sebelum diekspor, bibit itu diolah PT Jasula Wangi, Jakarta dan PT Simpati Raya, Semarang. Kerajinan minyak atsiri di Boyolali, kata dia, berdiri dan berproduksi sejak 1978 hingga sekarang. "Pada waktu itu dibina oleh pemerintah pusat dan provinsi," katanya.

Semula, lanjut dia, kapasitas produksinya per tahun mencapai lima ton minyak, tetapi sekarang ini hanya sekitar dua ton per tahun. Ia mengakui, menurunnya produksi minyak kenanga ini disebabkan kurang tersedianya bahan baku bunga kenanga. Bahan baku ini harus mendatangkan dari Yogyakarta, Kabupaten Semarang, dan sejumlah daerah di Jawa Timur. "Relatif mahalnya bahan bakar kayu untuk proses penyulingan, banyak pengrajin di daerah ini yang tidak meneruskan usahanya," katanya.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun di sentra kerajinan penyulingan minyak atsiri kenanga Desa Bendan, "Sido Mulyo" adalah satu-satunya pengrajin minyak atsiri kenanga yang hingga sekarang masih bertahan. Mugimin lebih lanjut menjelaskan, setiap satu ton bunga kenanga bisa menghasilkan 15 kg minyak atsiri, dengan jangka waktu penyulingan tiga hari tiga malam. Harga minyak kenanga di pasaran, kata dia, berkisar antara Rp 210 ribu-Rp 215 ribu per kilogramnya, dan setiap tahunnya menghasilkan sekitar Rp 400 juta.

Ia berharap, pengembangan tanaman kenanga digalakan kembali untuk meningkatkan produksi bunga kenanga, sehingga memudahkan pengrajin mencari bahan baku yang selama ini relatif cukup sulit, dan harganya relatif cukup mahal berkisar Rp2.000,00 s.d Rp2.200,00/kg. Medurut dia, apabila tersedia bahan baku bunga kenanga dan mudah mencarinya, maka akan merangsang pengrajin atsiri - yang sempat terhenti - untuk membuka usahanya kembali. Kerajinan minyak atsiri ini, kata dia, lebih baik dikembangkan dan dibina di desa tertinggal, karena masyarakatnya lebih ulet. "Apalagi didukung oleh kondisi lingkungan daerahnya, serta bahan bakar kayu yang harganya relatif murah," katanya. (fn/kn/ai/kl) www.suaramedia.com

 Meski memiliki keunggulan komparatif, seperti keanekaragaman spesies dan sumber daya alam yang berlimpah, bisnis ikan hias Indonesia tidak memiliki kinerja yang sepadan, khususnya ekspor ke luar negeri.
Indonesia bahkan kalah dibandingkan Singapura yang menguasai pangsa pasar ikan hias 22,8 persen, dan Malaysia di posisi kedua dengan pangsa pasar 7,9 persen. Indonesia hanya di posisi ketiga dengan pangsa pasar 7,5 persen.
Ekspor ikan hias diwarnai fenomena sbb:
• Indonesia memiliki kekayaan jenis dan jumlah ikan hias, tetapi negara lain cenderung menikmati nilai tambah produk dari Indonesia.
• Singapura sebagai eksportir ikan hias terbesar dunia memetik manfaat sebagai pengumpul ikan hias asal Malaysia, Thailand, dan Indonesia untuk dipasok ke pasar dunia.
• Singapura memiliki fasilitas penerbangan dan pelabuhan yang memadai untuk melakukan pengiriman langsung ke negara tujuan.

Pasar Ikan Hias Tak Pernah Jenuh

Jakarta, Kompas - Indonesia memiliki tidak kurang dari 3.500 spesies ikan hias air tawar yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. Pasar ikan hias juga tidak pernah jenuh.
Selain keanekaragaman spesies, ikan hias memiliki keunggulan komparatif jika dijalankan sebagai kegiatan usaha yang digarap secara serius.

”Usaha ini tidak memerlukan modal banyak, bisa dilakukan industri rumah tangga, pasarnya tidak jenuh, inovasi pengembangan strain bisa dilakukan secara individual,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Martani Huseini, pada pembukaan Indonesia Fishery and Seafood Expo, Indonesia Ornamental Fish Show 2008, dan Jakarta Seafood Expo di Jakarta, Kamis (30/10).

Sayangnya, lanjut Freddy, berbagai keunggulan komparatif tersebut belum sebanding dengan kinerja ekspor ikan hias Indonesia di pasar internasional.

Tahun 2006, Indonesia menempati peringkat ketiga eksportir ikan hias dunia dengan pangsa pasar 7,5 persen. Posisi Indonesia masih berada di bawah Singapura dengan pangsa pasar 22,8 persen dan Malaysia dengan pangsa pasar 7,9 persen.

Total nilai ekspor ikan hias Indonesia tahun lalu sebesar 8,17 juta dollar AS atau turun dibandingkan dengan tahun 2006 yang sebesar 13,8 juta dollar AS.

Beberapa spesies ikan hias air tawar asli Indonesia sebenarnya memiliki tempat khusus di pasar internasional, seperti arwana (Schleropages formosus) jenis super red, ikan cupang (Beta splendens), dan botia (Botia macracantha).

Menurut Freddy, Indonesia juga telah lama sukses mengembangkan spesies ikan hias asal negara lain yang telah didomestikasi, seperti ikan koi (Cyprinus carpio) dan mas koki (Carrasius auratus).
Singapura memetik manfaat

Martani menambahkan, produk unggulan hasil kelautan dan perikanan hingga kini belum banyak terungkap secara luas. Padahal, pemberdayaan hasil kelautan dan perikanan dapat menjadi penopang perekonomian di tengah krisis keuangan global.

Martani mengemukakan, sektor perikanan akan didorong menjadi alternatif bahan pangan dan sumber pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan investasi dan pemasaran hasil perikanan untuk pasar dalam negeri dan internasional.

Berdasarkan data DKP, luas perairan umum, meliputi sungai dan danau, yang berpotensi dikembangkan untuk budidaya mencapai 14 juta hektar.

Sementara potensi perairan laut untuk usaha budidaya mencapai 8,7 juta hektar dengan produksi 47 juta ton per tahun. Akan tetapi, potensi budidaya perairan laut yang tergarap baru sekitar 10 persen.
Secretary General Ornamental Fish International Alex Ploeg yang hadir dalam pameran itu mengemukakan, Indonesia memiliki kekayaan jenis dan jumlah ikan hias, tetapi negara lain cenderung menikmati nilai tambah produk dari Indonesia.

Ia memberi contoh, Singapura sebagai eksportir ikan hias terbesar dunia memetik manfaat sebagai pengumpul ikan hias asal Malaysia, Thailand, dan Indonesia untuk dipasok ke pasar dunia.
Penyebabnya, Singapura memiliki fasilitas penerbangan dan pelabuhan yang memadai untuk melakukan pengiriman langsung ke negara tujuan.

Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Yohanes Kitono mengakui, produk perikanan yang dipasarkan membutuhkan jaminan keamanan produk dan higienis. Gappindo siap menerima inspeksi, monitor, dan pengawasan terhadap produk perikanan yang dihasilkan.

Direktur Bina Pasar dan Distribusi Departemen Perdagangan Jimmy Bella mengatakan, krisis keuangan global akan berdampak pada penurunan daya beli di pasar ekspor.(Kompas)

Diberdayakan oleh Blogger.